KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA.
KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA.
1.1.a.8 KONEKSI ANTAR MATERI
Oleh M. Sabiqul Khoir (CGP Angkatan 6)
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sesuatu yang dinamis sehingga terjadi perubahan. Perubahan merupakan suatu yang harus dilakukan apabila menginginkan sebuah pembaharuan pada kehdiupan dan dalam segi apapun termasuk Pendidikan. Jika kita melhat sejarah, pendidikan di Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan semenjak pra kemerdekaan sampai dengan saat ini. Pendidikan pada zaman Kolonial Belanda memiliki tujuan yang tidak memberikan kebermanfaatan bagi kehidupan warga pribumi pada saat itu. Mereka membuat sitem Pendidikan untuk kepentingan mereka sendiri dan hanya untuk kalangan tertentu saja serta fokus pada pembelajaran membaca-menulis-menghitung (Calistung). Hal ini menjadikan beliau Ki Hajar Dewantara dengan berani dan tegas melawan sistem Pendidikan yang mereka bentuk karena tidak sesuai dengan hakikat dari Pendidikan itu sendiri.
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah salah satu sosok pejuang kemerdekaan dalam bidang Pendidikan. Beliau dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889 (Darsiti Soeratman, 1983/1984, hal. 8-9). Beliau dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia karena beliau merupakan penggagas dan pemerhati Pendidikan di Indonesia pada zaman kolonialisme. KHD memulai sebuah perubahan dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Perguruan Taman siswa pada tahun 1922. Taman siswa bertujuan memberikan kesamaan kesempatan dan hak dalam pendidikan bagi masyarakat pribumi seperti para priyayi dan orang Belanda. Dalam proses perubahan, KHD menjadikan Trikon (Kontinyu, konvergen, konsentris). Kontinyu: berkesinambungan dengan masa lalu, Konvengen: bertemu secara terbuka dengan perkembangan alam dan zaman dan Konsentris: menyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan, dunia (Wiryopranoto S, dkk., 2017). Oleh karena itu, kita sebagai pendidik pada saat ini perlu mencontoh semangat perubahan beliau sebagai pembelajar demi perubahan pendidikan Indonesia menjadikan manusia medeka yang berbudi pekerti luhur.
B. PEMIKIRAN PENDIDIKAN KHD
1. Asas Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah suatu tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. (KHD, 2009). Dengan kata lain, pendidikan merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk menumbuh kembangkan budaya-budaya kearifan yang ada pada masyarakat. Inti dari berkembangnya budaya ada pada perubahan. Perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari hal yang tidak bisa menjadi bisa,
KHD menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Untuk mencapai pada level selamat dan bahagia, maka pertu tuntunan yang terarah agar tidak keluar dari jalurnya. Seorang pendidik bertugas menuntun tumbuh kembangnya anak menyesuaikan dengan kodrat nya (kodrat alam dan zaman). Pendidik digambarkan seperti seorang petani yang menanam padi. Dia tidak bisa merubah tanaman padi yang menghasilkan jagung. Dia hanya bisa memelihara nya (memberi pupuk, menyirami dan lainya) agar tumbuh subur dan juga menghasilkan padi yang berkualitas dan melimpah. Walaupun pendidikan hanya "menuntun" namun memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anak.
2. Menuntun Kodrat Anak
Kodrat keadaan yang dimiliki anak meliputi kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam merupakan segala sesuatu yang dibawa oleh anak sejak lahir seperti minat bakat anak, cara belajar, sikap/karakter dan keadaan lingkungan dimana anak hidup dan berinteraksi dengan masyarakat, misalnya anak yang tinggal di daerah pegunungan akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah pesisir. Kodrat zaman dapat dilihat pada perubahan waktu dari tahun ke tahun, pengaruh - pengaruh dari luar yang berkembang seperti perkembangan teknologi yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara belajar anak dan juga merubah cara menuntun nya.
3. Semboyan Pendidikan Indonesia
"Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" merupakan semboyan pendidikan di Indonesia yang diprakarsai oleh KHD. Semboyan ini menjadi poin yang harus dimiliki dan dilaksanakan seorang pemimpin pembelajaran dimana seorang pendidik harus mampu memberikan keteladanan ketika didepan sehingga anak mampu membentuk budi pekerti bagi pribadinya dan sekitarnya, kemudian memberikan bimbingan atau membangun kemauan untuk menemukan potensi dan memberikan dorongan / semangat agar mampu mengembangkan kreatifitasnya sehingga mereka merasa merdeka dalam belajar. Ketiga semboyan itu harus dilaksanakan secara Bersama dalam satu kesatuan sehingga akan mengarah pada sistem Among. Sitem Among memberikan pendidikan yang berpihak pada anak.
Pendidikan yang menghamba kepada anak bukan diartikan dalam konteks agama, tetapi diartikan bahwa pendidik menjadikan anak sebagai subjek pembelajaran. Anak bebas dalam menentukan minat dan bakatnya, tidak memberikan tekanan materi-materi yang harus dipelajari dan targetnya. Sebagai contoh pada awal pembelajaran dibuat kesepakatan antara pendidik dan anak agar terjadi kolaburasi, sehingga anak tidak merasa itu perintah dari pendidik melainkan akan mucul kesadaran bahwa itu merupakan kesepakatan yang harus dilakukan secara sukarela dari hati (ikhlas).
4. Selamat dan Bahagia
Muara dari pendidikan adalah menjadikan anak selamat dan bahagia baik sebagai pribadi manusia atau sebagai bagian dari masyarakat. Selamat dan bahagia diartikan anak mampu untuk tidak bergantung pada orang lain secara lahir batin namun mereka mampu untuk berdiri dengan kekuatan sendiri. Selamat dan bahagia sebagai manusia berarti selamat dalam kehidupan dunia dan akhiratnya dan sebagai anggota masayrakat berarti mampu mewarnai kehidupan masyarakat, memberikan pengaruh positif dan tidak menjadi duri atau bahkan merugikan orang lain. Oleh karena itu, budi pekerti menjadi salah satu faktor yang mewujudkan itu.
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Anak bukan tabularsa yaitu bahwa anak dilahirkan bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang dewasa namun diumpamakan sehelai kertas yang memiliki tulisan/garis namun tulisan/garis tersebut masih buram tidak jelas. Untuk untuk menebalkan tingkah laku anak perlu melihat konteks diri anak dan pengaruh social budaya nya sehingga pendidik mampu menuntun untuk memadukan kodrat anak yaitu gerak pikiran, perasaan dan kehendak sehingga akan menimbulkan tenaga positif yang berfaedah bagi dirinya sebagai manusia dan sebagai masyarakat.
C. REFLEKSI
Ada 3 (tiga) pertanyaan pemantik dalam merefelksi diri saya dalam pendidikan Guru Penggerak dalam modul 1.1 sebagai berikut:
1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1, saya menganggap bahwa
Ø murid merupakan objek dalam pembelajaran di kelas dimana mereka harus mengikuti medengarkan penjelasan materi dari saya, melakukan apa yang diperintahkan dan harus dalam kondisi tertib dan tenang.
Ø Saya sebagai guru hanya bertugas memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai kurikulum.
Ø Murid dituntut untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan sehingga membuat murid merasa tertekan dan merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelasnya.
Ø Murid harus memahami semua materi yang diajarkan dan menacapai pada batas KKM yang ditentukan sehingga target kurikulum dapat terpenuhi.
Ø Saya tidak begitu memperhatkan sikap, minat dan bakat yang dimiliki murid, saya menganggap semua memiliki kesamaan karena terfokus pada materi dan tugas yang diberikan serta harus diselesaikan.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari materi pada modul 1.1, banyak sekali hal-hal baru yang merubah pemikiran saya, diantaranya adalah
- Saya memahami pemikiran pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dimana Pendidikan itu harus berpihak pada anak dan Pendidikan itu bertujuan menuntun segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya sebagai manusia dan atau sebagai anggota masyarakat.
- Saya harus membenahi diri mulai dari diri saya bahwa seorang pendidik bertugas hanya menuntun dalam proses tumbuhnya anak. Menuntun saya artikan memberikan teladan, bimbingan arahan dan dorongan pada anak agar mampu mengembangkan fitrah yang dibawanya (potensi/minat/bakat). Pendidik adalah "pamong" yang bertugas untuk "momong" anak agar menjadi manusia merdeka secara lahir batin.
- Saya semakin memahami bahwa dalam pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam perlu diperhatikan agar pendidik mampu mengidentifikasi karakter siswa, potensi, social budaya yang sudah dibawa oleh anak. Kita pendidik hanya menuntun agar menuju ke jalurnya sesuai dengan nilai-nilai kemanusian. Kodrat zaman juga menjadi dasar untuk mengidetifikasi cara menuntun anak dengan menyesuaikan perkembangan peradaban saat ini. Kita tidak boleh menyamakan ketika kita masih belajar yang sudah sangat berbeda dengan saat ini.
- Saya memahami makna dari semboyan pendidikan Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" sehingga mampu merubahan pemikiran tentang pendidikan yang awalnya hanya sekedar mentransfer pengetahuan kepada anak berubah menjadi proses menuntun anak pada keselamatan dan kebahagian baik secara lahir batin yang berarti menjadi manusia merdeka.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Beberapa hal yang segera akan diterapkan agar pembelajaran di kelas mencerminkan pemikiran KHD adalah
v Merencanakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dengan pembelajaran yang menyenangkan.
v Membuat kesepakatan bersama dengan peserta didik mampu menumbuhkan kesadaran belajar bersama.
v Memberikan teladan kepada peserta didik dengan melaksanakan pembiasaan untuk menumbuhkan budi pekerti.
v Mengidentifikasi cara belajar peserta didik, kemampuan menyerap materi, potensi yang dimiliki peserta didik.
Demikian kesimpulan dan refleksi diri saya yang bisa saya sampaikan dalam memahami pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara. Semoga Allah memberikan keberkahan agar apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat bagi saya sendiri dan juga bagi siapapun pembaca terutama para pendidik sehingga mampu menerapkan dalam pembelajaran. "
Wallohu a'lamu bishowab"
Salam dan Bahagia.